Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget Atas Posting

LK 1. Konsep Dasar Pendidikan Inklusif

 


Rumah Guru

1. Setelah membaca materi hakikat pendidikan inklusif, menurut anda apakah landasan filosofis, yuridis dan empiris sudah mampu memberikan kondisi yang ideal bagi peserta didik berkebutuhan khusus yang bersekolah di sekolah penyelenggara pendidikan inklusif?

Jawab:

Uraian singkat tentang pendidikan inklusif adalah pendidikan yang ramah untuk semua anak, dengan sistem layanan pendidikan yang mensyaratkan anak berkebutuhan khusus belajar di sekolah-sekolah terdekat di kelas biasa bersama teman-teman seusianya. Sejarah pendidikan inklusif di dunia pada mulanya diprakarsai dan diawali dari negara-negara Scandinavia (Denmark, Norwegia, Swedia), Amerika tahun 1960-an, Inggris dalam Ed.Act. 1991, selanjutnya deklarasi Bangkok tahun 1994 mencetuskan perlunya pendidikan inklusif, di Indonesia tahun 2004 lalu tahun 2005 diadakan simposium Internasional di Bukit Tinggi. Tujuan Pendidikan inklusif di antaranya memenuhi amanat UUD 1945 pasal 31 sedangkan yang melandasi pendidikan inklusif adalah filosofis, yuridis, dan empirik

2. Setelah membaca materi tentang sekolah ramah anak, bagaimana pengelolaan kelas yang akan anda lakukan agar tercipta lingkungan kelas yang ramah anak dengan setting sekolah inklusif?

Jawab:

Beberapa cara meningkatkan pembelajaran yang ramah (aktif dan inklusif) ;

1.  Perencanaan Buat rencana jadwal mingguan kegiatan kelas. Perhatikan apakah peserta didik bekerja sendiri, kelompok, atau seluruh kelas, berikan kegiatan yang berbedabeda

2.     Persiapan Siapkan tiap kegiatan kelas dengan meninjau kembali rencana pembelajaran. Cek untuk memastikan semua peserta didik berpartisipasi dalam kegiatan belajarMengumpulkan sumber daya

3.  Kumpulkan atau buat sumber/media yang diperlukan untuk kegiatannya. Misalnya batu atau barang-bekas yang mungkin bisa digunakan sebagai objek matematika, kerang untuk digunakan dalam kegiatan seni, atau kacang yang bertunas untuk diamati ketika tumbuh dalam pelajaran IPA.

4.     Menghubungkan pembelajaran pada kegiatan Apakah kegiatan belajar merupakan diskusi seluruh kelas atau dilakukan oleh kelompok. Materi yang harus dipelajari itu bermakna bagi peserta didik

5.   Menghubungkan pembelajaran kepada satu sama lain Manfaatkan cara peserta didik dapat saling membantu dalam belajar dengan bentuk kelompok dan berpasangan. Cobalah memperkenalkan tutor teman sebaya kapanpun jika memungkinkan

6.     Membimbing dan mengamati Ketika peserta didik bekerja secara mandiri (baik dikerjakan sendiri, berpasangan, atau kelompok), Guru bekeliling di dalam kelas agar anak bisa bertanya dan guru dapat membimbing anak secara langsung jika ada masalah. Gunakan waktu ini juga untuk melakukan penilaian; misalnya seberapa baik peserta didik berkonsentrasi dan cara mereka berinteraksi

7.  Fokuskan pada partisipasi Upayakan membantu menciptakan kesempatan untuk belajar aktif untuk semua. Misalnya, dalam kelas ini peserta didik perempuan tidak didominasi oleh peserta didik laki-laki, peserta didik yang lebih muda tidak didominasi oleh peserta didik 


3. Sebutkan indikator nilai-nilai kebersamaan yang mewarnai situasi dan suasana pembelajaran dalam praktik penyelenggaraan sekolah inklusif?

Jawab:

indikator nilai-nilai kebersamaan yang mewarnai situasi dan suasana pembelajaran dalam praktik penyelenggaraan sekolah inklusif sebagai berikut:

1.   Sekolah menyediakan program yang layak, menantang, dan aksesible untuk semua peserta didik, dengan tetap memperhatikan aspek kebutuhan khusus pada setiap individu;

2.     Setiap peserta didik, termasuk di dalamnya ABK, memiliki suasana yang damai dan harmoni dalam melakukan aktivitas pembelajaran dan aktivitas lainnya, baik sebagai makhluk individu maupun sebagai makhluk sosial;

3.   Aktivitas pembelajaran di sekolah inklusif berbasis pada nilai perdamaian, demokrasi, hak asasi maunia, dan pembangunan berkelanjutan;

4.     Adanya kepekaan sosial dan kesiapan akademis dari warga sekolah untuk senantiasa meningkatkan pemahaman dan keterampilan dalam memberikan layanan pembelajaran bagi setiap peserta didik yang berbasis pada analisis kebutuhan individu;

5.   Sekolah harus merespon keragaman peserta didik secara luas, baik dalam hal latar belakang sosial ekonomi dan budaya, pola tingkah laku, maupun kemampuan, dan potensi yang berbeda-beda;

6.     Pola pembejaran yang dilakukan di sekolah inklusif berbasis pada pendekatan pembelajaran berpusat pada anak (Teaching Base of Students Centre);

7.     Pola pembelajaran yang berbasis pada pola kolaboratif yang sistemik, yang melibatkan peran dari kepala sekolah, guru, orang tua peserta didik, dan masyarakat. (Hermansyah, 2014).


4. Setelah membaca materi mekanisme layanan PDBK, menurut anda, model penempatan PDBK manakah yang paling baik? Jelaskan alasannya?

Jawab:

Pelaksanaan proses belajar mengajar di kelas inklusif secara umum sama dengan kegiatan proses belajar mengajar pada kelas reguler. Namun pada kelas inklusif selain terdapat peserta didik reguler terdapat pula Peserta Didik Berkebutuhan Khusus (PDBK). Di samping menerapkan prinsip-prinsip umum dalam mengelola proses belajar mengajar maka guru harus memperhatikan prinsip-prinsip khusus yang sesuai dengan kebutuhan PDBK. Dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar hendaknya disesuaikan dengan model penempatan PDBK yang dipilih berdasarkan hasil asesmen. Penempatan kegiatan belajar dalam kelas bersama-sama perserta didik lainya adalah cara yang sangat inklusif; nondiskriminasi dan fleksibel; sehingga guru harus membuat rancangan kegiatan pembelajaran dengan mempertimbangkan modifikasi dan adaptasi yang dibutuhkan.